Gunung Semeru Meletus Akibatkan Kematian Dan Cedera Parah

Dunia dikejutkan dengan letusan Gunung Semeru, Indonesia pada pukul 3.20 petang (waktu Indonesia Barat) 4 Disember 2021. Seorang dilaporkan meninggal dunia dalam kejadian letusan debu panas Gunung Semeru, Lumajang Jawa Timur.  CNN Indonesia melaporkan, selain itu, 10 orang pula dikatakan gagal dikesan manakala 41 orang cedera parah akibat lahar panas.


Gunung Semeru Meletus Akibatkan Kematian Dan Cedera Parah
Gambar Kredit : Tribunnews.com


 “Seorang meninggal dunia di Cura Kobokan,” kata Timbalan Datuk Bandar Lumajang, Indah Amperawati Madar. Indah memberitahu, 10 yang hilang belum dapat dikenal pasti identiti mereka dan kerja-kerja mencari dan menyelamat mengalami kesukaran kerana laluan dilitupi lumpur.

 

Jelasnya, kebanyakan rumah di sekitar Cura Kobokan musnah dan penduduk dikatakan lari di Balai Desa Penanggal.

 

Tak hanya itu, puluhan penduduk mendapatkan rawatan di klinik berhampiran dan hospital akibat kecederaan.

 

Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3,676 meter dari aras laut. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.

 

Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

 

Kedudukan gunung ini terletak diantara wilayah pentadbiran Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan lokasi geografi antara 8°06' LS dan 120°55' BT.

 

Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Di sebelah selatan, kubah ini memecahkan tepi kawah menyebabkan aliran lava ke bahagian selatan daerah Pasirian, Candiputro dan Lumajang.

 

Lagenda Gunung Semeru

 

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, Pulau Jawa pada suatu saat mengambang di lautan luas, dipermainkan ombak kesana-kemari. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.

 

Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.

 

Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau tetapi masih tetap miring, sehingga Mereka memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut.

 

Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.

 

Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah para dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Kalau manusia ingin mendengar suara dewa mereka harus semedi di puncak Gunung Meru. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewa-Dewa atau mahluk halus. Selanjutnya daerah bergunung-gunung masih dipakai oleh manusia Jawa sebagai tempat semedi untuk mendengar suara gaib.

 

Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.

 

Orang naik sampai puncak Mahameru ada yang bertujuan untuk mendengar suara-suara gaib. Selain itu juga ada yang memohon agar diberi umur yang panjang. Bagaimanapun alasan orang naik ke puncak Mahameru, kebanyakan orang ditakutkan oleh macam-macam hantu yang mendiami daerah keliling gunungnya. Hantu-hantu tersebut biasanya adalah roh leluhur yang mendiami tempat seperti hutan, bukit, pohon serta danau.

 

Roh leluhur biasanya bertujuan menjaga macam-macam tempat dan harus dihormati. Para pendaki yang menginap di danau Ranu Kumbolo sering melihat hantu Ranu Kumbolo. Tengah malam ada cahaya berwarna orange di tengah danaunya dan tiba-tiba berubah wujud menjadi sesosok hantu wanita. Biasanya hanya orang yang punya kekuatan mistis dia akan melihat hantu dan dapat bicara dengan hantu. Terserah orang percaya pada hantu atau tidak tetapi banyak orang Jawa yang percaya bahwa daerah Bromo, Tengger, Semeru banyak didiami oleh hantu-hantu.

Post a Comment

2 Comments

  1. innalillahi wa inna ilaihi rajiuun...

    ReplyDelete
  2. seram tengok video tu dalam IG...macam2 kisah ye gunung tu. tak sangka

    ReplyDelete